Jumat, 04 Maret 2011

Namanya Juga Mahasiwa


Can you imagine? Sembilan mata kuliah kasih masing-masing satu tugas dalam satu minggu yang sama. Bisa dibayangkan level stres-ku saat itu berada di level high. Untungnya minggu tersebut telah berlalu. Gara-gara satu minggu yang penuh dengan kerja keras tersebut, minggu selanjutnya terasa ringan. Ucap syukur dulu, Alhamdulillah. Namanya juga mahasiwa, kalau nggak ada tugas malah berasa aneh.


Nah, salah satu tugas yang diberikan adalah tugas Bahasa Indonesia. Kami ditugaskan untuk membuat karangan 10-15 kalimat dengan diksi yang kami kuasai bertema tentang perekonomian Indonesia. Karena aku baru mulai "belajar" menulis belum lama, alhasil tugas buatanku masih berantakan. EYD yang belum sempurna atau diksi yang kurang tepat. Yah, namanya juga belajar, semoga semakin banyak aku latihan menulis, makin lancar dan lebih menyempurnakan kesalahan-kesalahan. Dibawah, aku post tugasnya, mohon dikoreksi ya, semoga koreksinya membangun dan bukan menjatuhkan.


Ada yang saya suka dari mata kuliah ini, beliau-dosen mata kuliah ini, terus memotivasi mahasiswanya untuk berlatih menulis. Beliau sering bercerita tentang pengalaman beliau menulis, salah satu yang dikatakan beliau adalah : "kalimat pertama adalah kalimat yang paling menentukan". Benar perkataan beliau, apabila kalimat pertama dari sebuah paragraf itu kurang menarik, maka selanjutnya tidak akan dibaca.

Menjamurnya lembaga bank swasta seharusnya membawa angin segar bagi perekonomian Indonesia. Kehadiran bank-bank baru dapat menjadi alternatif kredit usaha bagi pengusaha mikro dan menengah sebagai sektor tumpuan perekonomian bangsa. Nalarnya, semakin banyak bank baru terbentuk semakin banyak pula dana yang dapat dihimpun. Prospek investasi yang menjanjikan seiring dengan perkembangan bank-bank baru tersebut menjadi salah satu alasan masyarakat untuk mendayagunakan harta berupa uang yang mereka miiki dalam bentuk tabungan dan deposito. Investasi yang mereka lakukan tersebut dapat menjadi dana yang nantinya dialokasikan untuk pengusaha mikro dan menengah dalam bentuk kredit usaha.
Namun, terjadi kesalahan dari sistem tersebut. Dana yang dihimpun dari masyakarat tidak diberdayakan menjadi kredit usaha bagi pengusaha mikro dan menengah. Sebagai gantinya, pihak bank swasta menggunakan dana yang terhimpun untuk berinvestasi kembali di pasar uang. Investasi di pasar uang memberi mereka keuntungan yang lebih besar dibanding dengan mengalokasikan dana untuk kredit usaha. Ini tentunya dapat membawa bank-bank baru menjadi bank yang lebih besar dan disejajarkan dengan bank yang telah terbentuk lebih dahulu. Perekonomian indonesia yang bertumpu pada sektor usaha mikro dan menengah inipun kembali nglokro akibat dana yang seharusnya diberdayakan untuk kredit usaha malah digunakan untuk berinvestasi di pasar uang demi mendapatkan keuntungan yang lebih besar.

Nglokro : lesu